11 Agustus 2008

Ilmu dan Amal adalah saudara kembar

Assalamu’alaikum Wr Wb

Suatu waktu Ana tertarik dengan sebuah kalimat dari buku yang Ana beli yang menyatakan bahwa “ilmu dan amal adalah saudara kembar”, menurut hemat Ana kalimat ini ada benarnya karena sebelum mengerjakan suatu amal kita harus mengerti dan mengetahui ilmunya terlebih dahulu, bagaimana cara, tertib dan tujuan amal itu dilakukan. Sehingga bila kita beramal dengan landasan ilmu kita akan yakin insya Allah amal yang kita lakukan tersebut punya nilai ibadah dan punya kualitas. Salah satu contohnya adalah untuk membayar zakat, tentu kita harus punya pengetahuan yang dibenarkan oleh syariat bagaimana dan kapan zakat itu harus dibayarkan, kepada siapa, bagaimana menghitung zakat dan lain sebagainya.

Sebuah ibrah dari Al-qur’an untuk kita renungkan :

"Perbandingan kedua golongan itu (orang-orang kafir dan orang-orang mukmin), seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Adakah kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya?. Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran (daripada perbandingan itu)?. (QS : HUUD : 24)

"Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah". Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa". ( QS : AR RA'D : 16)

Pertanyaannya sekarang adalah “Apakah sama orang yang berilmu dengan orang awam (dalam hal beramal dan beribadah) ?“
Kesungguhan dan semangat kita untuk melakukan amal ibadah tercermin dari sejauh mana kita memahami eksistensi sebuah ibadah tersebut dilakukan.

Apakah cukup beramal dengan mengikuti tradisi yang diturunkan oleh nenek moyang tanpa berusaha untuk mencari sumber dan maksud yang jelas ? Rasanya tidaklah cukup menjadi orang yang senantiasa awam dalam hal beramal dan beribadah.

Beramal dan beribadah sesuai dengan tuntunan dan mengetahui ilmu serta sumber hukumnya, tentunya berlandaskan Alqur'an dan Sunnah sangat menentukan kualitas amal ibadah yang kita lakukan. Selain itu dapat menambah kekhusyu'kan kita dalam menjalankan ibadah karena kita mengerti, mengetahui dan berusaha memahami eksistensi/urgensi ibadah yang kita lakukan itu.

Beberapa hadist tentang kewajiban dan keutamaan menuntut ilmu

“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim” (HR.Bukhari);
“Barangsiapa berjalan di satu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalan menuju surga. Dan sesungguhnya malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi penunutu ilmu tanda ridha dengan yang dia perbuat”(HR.Muslim);
“Barangsiapa keluar dalam rangka mencari ilmu, maka dia berada di dalam jalan Allah hingga kembali” (HR. Tirmidzi);
dan dalam hadits yang diriwayatkan Ar Rabii’, Rasulullah SAW bersabda, “Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wa Jalla. Sedangkan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan akhirat.”

“Sesungguhnya matinya satu kabilah itu lebih ringan daripada matinya seorang ‘alim.” (HR Thabrani)
Seorang ‘alim juga lebih tinggi dari pada seorang ahli ibadah yang sewaktu2 bisa tersesat karena kurangnya ilmu.
“Keutamaan orang ‘alim atas orang ahli ibadah adalah seperti keutamaan diriku atas orang yang paling rendah dari sahabatku.” (HR At Tirmidzi).


Dalam Al-Qur'an Allah SWT telah menjelaskan keutamaan orang berilmu.
” …Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S.Al-Mujaadilah [58] : 11);
”Katakanlah: ’Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran” (Q.S. Az-Zumar [39]: 9);
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang yang berilmu (ulama)” (Q.S.Fathir [35]: 28); dan masih banyak ayat-ayat lainnya.

“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (Al ‘Ankabut:43)

“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat2 yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu.” (Al Ankabut:49)


“Sesungguhnya matinya satu kabilah itu lebih ringan daripada matinya seorang ‘alim.” (HR Thabrani)
Seorang ‘alim juga lebih tinggi dari pada seorang ahli ibadah yang sewaktu2 bisa tersesat karena kurangnya ilmu.
“Keutamaan orang ‘alim atas orang ahli ibadah adalah seperti keutamaan diriku atas orang yang paling rendah dari sahabatku.” (HR At Tirmidzi).

Syukron, semoga bermanfaat...

0 comments: