15 Juli 2015

Tiga Dimensi Zakat

Zakat adalah termasuk ibadah maghdhah.
Awalnya, kita bisa saja menganggap bahwa zakat sebagai kewajiban tapi akhirnya setelah memahami pentingnya zakat maka mindset akan berubah bahwa zakat sebenarnya menjadi kebutuhan.

Suatu siang ba'da Shalat Jum'at mendengar kajian tematik yang disampaikan oleh Ustadz Irfan Syauqi beik. Beliau memaparkan setidaknya ada tiga dimensi zakat yang akan membawa kita memahami maqasiduz zakah.

1. Dimensi Keimanan
Zakat itu Meningkatkan keimanan, dan sebagai penyucian jiwa dalilnya adalah QS. At-Taubah : 103

QS. Fussilat ~> tidak bayar zakat => musyrik.


Zakat itu bukan money laundry.
Al-Hadist : Allah tdk akan terima zakat dari hasil maksiat.

Berbagi manisfestasi/refleksi dari keimanan.


2. Dimensi Sosial
Orientasi zakat adalah masyarakat yang sakinah. Sakinah berarti Ketajaman hati/nurani.

Di suatu masyarakat yg sharing mechanism nya bermasalah maka tingkat kriminalitas tinggi. "penelitian

Orang gemar berbagi itu dekat dgn tiga hal (Allah, Manusia, Jannah) dan akan jauh dengan satu hal (Neraka). *Hadist

Zakat menumbuhkan semangat sosial di masyarakat.

3. Dimensi Ekonomi
Menjauhi Riba perintahnya jelas.
Zakat adalah Antitesa sistem riba. Kembangkan sektor real (perdagangan) dan zakat.
Zakat punya potensi ekonomi.
Dengan zakat, harta itu tumbuh (prinsip ekonomi).

217 Triliun/thn potensi zakat Indonesia.
68 M (2008) --> 3.3T (2014) Zakat.



Zakat : Harus lewat amil zakat. Koordinasi zakat lebih efektif. Dana kolektif akan mampu menyelesaikan masalah umat bila dikelola dengan baik dibandingkan pembagian secara individual atau parsial karena jumlahnya mungkin terbatas.
Amil Zakat haruslah professional dan amanah, mestinya sudah tersertifikasi/teregistrasi dibawah koordinasi Baznas.


#Catatan Ramadhan 1436 H.

0 comments: