09 April 2012

Lancar Kaji Karena Diulang

Illustrasi/ sumber : google.com

السلام عليكم ورحمة الله وبركاة

Sahabat pengunjung yang Insya Allah senantiasa mendapat curahan Rahmat Allah SWT.

Hari ini saya teringat dua kalimat pepatah yang dulu sering saya tulis dengan huruf arab melayu. Dua kalimat itu begitu menginspirasi sampai saat ini, yaitu :

"Lancar jalan karena ditempuh, lancar kaji karena diulang"
"Berburu kepadang datar, dapat rusa belang kaki. Berguru kepalang ajar bagai bunga kembang tak jadi"

Kalimat pertama sengaja saya tebalkan karena ini yang menjadi fokus saya dalam tulisan ini.
Yah... point pentingnya adalah "lancar kaji karena diulang". Inilah kata nasehat yang sering disampaikan oleh guru ngaji saya dulu ketika kecil. Nasehat yang disampaikan secara halus agar rajin belajar dengan mengulang-ulang pelajaran supaya lebih lancar dan lebih faham.
Kehalusan bahasa orang-orang tua kita dulu dalam memberikan arahan dan nasehat kepada anak-anaknya begitu cepat dimengerti sehingga mengikutinya pun kita menjadi semangat bagai menerima sebuah inspirasi baru, bukan karena terpaksa. Saya tidak merasa didikte, tapi diminta untuk mencerna pesan dan manfaat yang terkandung.

Selain diminta selalu mengingat pesan, Saya juga diminta oleh guru ngaji saya waktu itu untuk menuliskannya di buku catatan, waktu itu buku saya tipis sekali namanya buku leces dan Bintang Obor. wal hasil Alhamdulillah sampai sekarang saya masih ingat dan Insya Allah terus  menjalankan nasehat beliau dengan senang hati karena sangat bermanfaat. Semoga Allah SWT mencurahkan banyak keberkahan sebagai amal jariyah  kepada guru-guruku dulu.

Mari kita bandingkan dengan realita kondisi kekinian, banyak orang tua yang begitu "(apa kata yang tepat ya..?)" memberikan arahan kepada anaknya. Misalnya dalam hal belajar, "Udah, sana belajar. besok mau ujian" atau  "Hey..Belajar, Belajar" atau mungkin bisa lebih to the point lagi.

Ternyata semakin ke sini terlihat ada perbedaan bahkan pergeseran gaya budi bahasa orang dulu dan zaman sekarang, terutama dalam hal nasehat-menasehati. Orang tua dulu sangat kental dengan budaya asli ketimuran berbicara dengan petatah-petitih, banyak yang hafal pepatah dan kata bijak lalu disampaikan dengan tutur kelembutan dan kasih sayang, orang tua terlihat berwibawa dihadapan anaknya, guru berwibawa dihadapan murid-muridnya, hasilnya luar biasa.... nasehat yang disampaikan melekat sepanjang hayat. Lembut dalam tutur, tegas dalam kata, kaya dalam makna. itulah istilah yang saya sematkan untuk guru-guruku tercinta.
Sekarang...? Zaman loe gue..  ? adakah yang bisa memberikan pandangan..?

Mari, kita berpantun menutup jumpa kita hari ini : Kemumu di dalam semak, jatuh melayang selara nya. Meski ilmu setinggi tegak, tidak sembahyang apa gunanya.  "Hafalkan pantun ini ya, ananda sekalian.." Ujar Guru.

نسأل الله أن ينفع به. وبا لله لتوفيق

Wassalam



0 comments: