"Jujur" merupakan sebuah ungkapan yang sering kita dengan dan menjadi pembicaraan banyak orang. Ia merupakan suatu sifat yang sangat terpuji. Dan bahkan karena saking terpujinya, banyak orang yang mencari sosok teman atau karyawan yang bersifat jujur. Namun kenyataannya, sifat tersebut sangat jarang kita jumpai dalam setiap aspek kehidupan. Masih banyak kita jumpai para pedagang, siswa, pekerja, karyawan - atau barangkali diri kita sendiri - yang tidak berbuat jujur. Bahkan mereka mempunyai anggapan bahwa kejujuran itu akan berujung pada kehancuran serta merugikan. Sehingga banyak kita saksikan para siswa yang menyontek dalam ujiannya, banyak pegawai atau karyawan yang tidak jujur dalam kerja, pedagang yang mengurangi timbangannya tidak terhitung banyaknya, serta masih banyak lagi misalnya. Lantas bagaimanakah sudut pandang Islam tentang sifat terpuji ini ?
Defenisi Jujur
Jujur adalah bersesuaiannya antara yang dikabarkan dengan kenyataan. Jadi, jikalau seorang pedagang menyifati barang dagangannya sesuai dengan kenyataan maka perbuatan ini dikatakan benar atau jujur. Jika seorang karyawan melaporkan pada atasannya sesuai dengan kenyataan yang ada maka ia dikatakan telah benar dan jujur. Demikian juga, jika seorang yang suatu perbuatan itu sesuai dengan bathinnya maka ia dikatakan benar atau jujur, namun jika tidak sesuai dengan kenyataan maka hal ini merupakan suatu kedustaan.
Wajib Berhias Dengan Kejujuran
Berhias dengan kejujuran, bagi seorang muslim sejati merupakan suatu kemestian karena Allah SWT dan Rasul-Nya SAW telah memerintahkannya dalam al-Quran maupun as-Sunnah, sedangkan pada asalnya perintah keduanya (al-Quran dan as-Sunnah) adalah wajib selama tidak ada dalil yang memalingkannya. Allah SWT berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar." (QS. at-Taubah : 119)
Imam al-Qurthubi Rahimahullah berkata : " Dan perintah ini yaitu perintah untuk selalu bersama orang-orang yang benar dan jujur adalah sangat tepat setelah Allah SWT menyebutkan pada ayat sebelumnya tentang kisah tiga sahabat Nabi SAW yang tertinggal dalam Perang Tabuk, dimana kejujuran hati mereka sangat bermanfaat bagi diri mereka yang dengan itu mereka terbebas dari perangai orang-orang munafik."
Rasulullah SAW bersabda : " Wajib bagi kalian untuk senantiasa berbuat jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan akan mengantarkan kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur." (HR. al-Bukhari : 6094, Muslim : 2607)
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al-Bassam rahimahullah mengatakan : " Hadist ini merupakan perintah untuk selalu berbuat jujur karena ia bisa menunjukkan dan mengantarkan pelakunya pada kebaikan dan kebaikan adalah suatu jalan yang lurus yang akan mengantarkan ke surga."
Ruang Lingkup Sifat Jujur
Sifat jujur ini ruang lingkupnya sangatlah luas, baik yang lahir maupun bathin, baik dalam perkataannya maupun perbuatan. Diantaranya adalah apa yang dipaparkan oleh Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairiy Hafizallah.
1. Jujur dalam berbicara
Seorang muslim sejati tidak akan berbicara kecuali berbicara dengan jujur dan benar. Apabila mengabarkan sesuatu maka ia tidak akan mengabarkan sesuatu yang menyelisihi kenyataan, karena mengabarkan hal yang tidak sesuai dengan kenyataan termasuk kedustaan. Dan dusta termasuk di antara ciri-ciri orang munafik, sebagaimana sabda Nabi SAW :
"Tanda-tanda orang munafik ada tiga, apabila ia berkata dusta, apabila berjanji tidak menepatinya, apabila dipercaya berkhianat." (HR. al-Bukhari : 33, Muslim : 219)
2. Jujur dalam bermu'amalah
Seorang muslim sejati apabila berinteraksi dengan saudaranya maka ia tidak menipu dan berbuat curang terhadapnya bagaimanapun keadaannya.
3. Jujur dalam berazam atau berkeinginan
Seorang muslim sejati bila berkeinginan kuat mengerjakan sesuatu yang harus ia kerjakan, maka ia tidaka akan terpengaruh dengan sesuatu yang bisa membuat ia ragu-ragu sehingga mengurungkan keinginannya tersebut.
4. Jujur dalam berjanji
Seorang muslim sejati bila berjanji dengan sesamanya maka pantang baginya untuk menyelisihi janji tersebut karena menyelisihi janji termasuk tanda-tanda kemunafikan sebagaimana yang dijelaskan dalam hadist di atas.
5. Jujur dalam penampilannya
Seorang muslim sejati tidak akan berpenampilan dengan selain apa yang ada pada dirinya. Ia tidak akan menampakkan sesuatu yang tidak ada padanya. Sehingga ia tidak dikenal dengan orang yang mengenakan baji kebohongan dan kecurangan.
Buah Kejujuran
Setiap perbuatan hamba pasti mempunyai pengaruh dan akibat yang akan dia terima dan rasakan. Jika perbuatannya baik maka akan berakibat baik. Demikian juga, jika perbuatannya jelek maka akan berakibat jelek. Kejujuran adalah sifat yang baik lagi mulia sehingga tidaka akan membuahkan kehancuran maupun kesengsaraan. Adapun buahnya kejujuran di antaranya :
1. Lapang dada dan tenangnya hati
Seorang yang jujur tidak akan menyesal selamanya, hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW :
"Tinggalkanlah apa-apa yang meragukanmu dan beralihlah pada yang tidak meragukanmu karena kejujuran itu adalah sebuah ketenangan hati sedangkan kedustaan adalah keragu-raguan." (HR. at-Tirmidzi : 2518 dan dishohihkan oleh al-Albani dalam al-Irwa' : 12)
2. Akan mendapatkan barokah dan tambahan kebaikan dalam usahanya
Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW : "Jual beli itu dengan khiyar selama kedua belah pihak belum berpisah apabila keduanya jujur dan saling menjelaskan maka mereka akan mendapatkan barokah dari jual belinya, namun jika keduanya saling menutupi atau berdusta maka barokah dari jual belinya tersebut akan dihapus.: (HR. al-Bukhari : 2079)
3. Akan mendapat kesuksesan bahkan sederajat dengan syuhada
Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW : "Barangsiapa meminta syahadah (mati syahid di jalan Allah) kepada Allah dengan benar dan jujur maka Dia akan mengantarkannya sampai ke derajat syuhada walaupun ia mati di atas kasur." (HR. Muslim : 5039)
4. Mendapatkan surga dan terhindar dari neraka
Hal ini berdasarkan hadist: "... karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan akan mengantarkan kepada surga.." (HR. al-Bukhari : 6094, Muslim : 2607)
Di antara Kejujuran mereka yang patut diteladani
Sangat banyak bukti nyata kejujuran dari generasi terdahulu yang sangat mencengangkan sehingga pantas dan layak kalau dijaikan panutan bagi setiap muslim. Di antaranya adalah apap yang telah diceritakan oleh Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi (Hafizallah). diriwayatkan dari Imam Bukhari Rahimahullah bahwa beliau pernah keluar mencari hadits dari seseorang. Beliau melihat orang tersebut ketika kudanya lari darinya, maka orang itu mengisyaratkan dengan selendang yang seakan-akan di dalamnya ada makanan sehingga kuda tersebut datang dan menghampirinya. Lantas Imam Bukhori bertanya kepada orang itu: " Apakah di selendangmu tadi ada makanannya ?" Laki-laki tersebut mengatakan : "Tidak ada, tetapi aku hanya menipunya supaya ia menghampiriku. Maka Imam Bukhari Rahimahullah berkata padanya : "Aku tidak akan mengambil hadist dari orang yang berdusta kepada binatang!"
Khotimah
Orang yang selalu menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran, niscaya akan tercermin dalam ucapan, perbuatan dan setiap keadaannya baik lahir maupun bathin, karena merupakan realisasi dari keislaman dan keimanannya. Akan tetapi, untuk memiliki sifat ini tidak semudah membalik telapak tangan. Sebab itu, kita harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk selalu berbuat benar dan jujur dalam setiap keadaan sehingga kita dicatat dan dikenal sebagai orang yang benar lagi jujur sebagaimana Abdullah bin Abi Quhafah (yakni Abu Bakar Radiallahu 'anhu) yang digelari dengan Ash-Shiddiq. Akhirnya, mudah-mudahan Allah SWT menerangi hati kita dan menjadikan kita di antara hamba-Nya yang menapaki sebuah jalan lurus, yaitu jalannya orang-orang yang diberi nikmat dari golongan Nabi, para shiddiqin, syuhada dan orang-orang sholih; dan mereka itulah sebaik-baik teman.
(Abu Mas'ud al-Kadiriy)
Sumber :
Defenisi Jujur
Jujur adalah bersesuaiannya antara yang dikabarkan dengan kenyataan. Jadi, jikalau seorang pedagang menyifati barang dagangannya sesuai dengan kenyataan maka perbuatan ini dikatakan benar atau jujur. Jika seorang karyawan melaporkan pada atasannya sesuai dengan kenyataan yang ada maka ia dikatakan telah benar dan jujur. Demikian juga, jika seorang yang suatu perbuatan itu sesuai dengan bathinnya maka ia dikatakan benar atau jujur, namun jika tidak sesuai dengan kenyataan maka hal ini merupakan suatu kedustaan.
Wajib Berhias Dengan Kejujuran
Berhias dengan kejujuran, bagi seorang muslim sejati merupakan suatu kemestian karena Allah SWT dan Rasul-Nya SAW telah memerintahkannya dalam al-Quran maupun as-Sunnah, sedangkan pada asalnya perintah keduanya (al-Quran dan as-Sunnah) adalah wajib selama tidak ada dalil yang memalingkannya. Allah SWT berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar." (QS. at-Taubah : 119)
Imam al-Qurthubi Rahimahullah berkata : " Dan perintah ini yaitu perintah untuk selalu bersama orang-orang yang benar dan jujur adalah sangat tepat setelah Allah SWT menyebutkan pada ayat sebelumnya tentang kisah tiga sahabat Nabi SAW yang tertinggal dalam Perang Tabuk, dimana kejujuran hati mereka sangat bermanfaat bagi diri mereka yang dengan itu mereka terbebas dari perangai orang-orang munafik."
Rasulullah SAW bersabda : " Wajib bagi kalian untuk senantiasa berbuat jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan akan mengantarkan kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur." (HR. al-Bukhari : 6094, Muslim : 2607)
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al-Bassam rahimahullah mengatakan : " Hadist ini merupakan perintah untuk selalu berbuat jujur karena ia bisa menunjukkan dan mengantarkan pelakunya pada kebaikan dan kebaikan adalah suatu jalan yang lurus yang akan mengantarkan ke surga."
Ruang Lingkup Sifat Jujur
Sifat jujur ini ruang lingkupnya sangatlah luas, baik yang lahir maupun bathin, baik dalam perkataannya maupun perbuatan. Diantaranya adalah apa yang dipaparkan oleh Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairiy Hafizallah.
1. Jujur dalam berbicara
Seorang muslim sejati tidak akan berbicara kecuali berbicara dengan jujur dan benar. Apabila mengabarkan sesuatu maka ia tidak akan mengabarkan sesuatu yang menyelisihi kenyataan, karena mengabarkan hal yang tidak sesuai dengan kenyataan termasuk kedustaan. Dan dusta termasuk di antara ciri-ciri orang munafik, sebagaimana sabda Nabi SAW :
"Tanda-tanda orang munafik ada tiga, apabila ia berkata dusta, apabila berjanji tidak menepatinya, apabila dipercaya berkhianat." (HR. al-Bukhari : 33, Muslim : 219)
2. Jujur dalam bermu'amalah
Seorang muslim sejati apabila berinteraksi dengan saudaranya maka ia tidak menipu dan berbuat curang terhadapnya bagaimanapun keadaannya.
3. Jujur dalam berazam atau berkeinginan
Seorang muslim sejati bila berkeinginan kuat mengerjakan sesuatu yang harus ia kerjakan, maka ia tidaka akan terpengaruh dengan sesuatu yang bisa membuat ia ragu-ragu sehingga mengurungkan keinginannya tersebut.
4. Jujur dalam berjanji
Seorang muslim sejati bila berjanji dengan sesamanya maka pantang baginya untuk menyelisihi janji tersebut karena menyelisihi janji termasuk tanda-tanda kemunafikan sebagaimana yang dijelaskan dalam hadist di atas.
5. Jujur dalam penampilannya
Seorang muslim sejati tidak akan berpenampilan dengan selain apa yang ada pada dirinya. Ia tidak akan menampakkan sesuatu yang tidak ada padanya. Sehingga ia tidak dikenal dengan orang yang mengenakan baji kebohongan dan kecurangan.
Buah Kejujuran
Setiap perbuatan hamba pasti mempunyai pengaruh dan akibat yang akan dia terima dan rasakan. Jika perbuatannya baik maka akan berakibat baik. Demikian juga, jika perbuatannya jelek maka akan berakibat jelek. Kejujuran adalah sifat yang baik lagi mulia sehingga tidaka akan membuahkan kehancuran maupun kesengsaraan. Adapun buahnya kejujuran di antaranya :
1. Lapang dada dan tenangnya hati
Seorang yang jujur tidak akan menyesal selamanya, hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW :
"Tinggalkanlah apa-apa yang meragukanmu dan beralihlah pada yang tidak meragukanmu karena kejujuran itu adalah sebuah ketenangan hati sedangkan kedustaan adalah keragu-raguan." (HR. at-Tirmidzi : 2518 dan dishohihkan oleh al-Albani dalam al-Irwa' : 12)
2. Akan mendapatkan barokah dan tambahan kebaikan dalam usahanya
Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW : "Jual beli itu dengan khiyar selama kedua belah pihak belum berpisah apabila keduanya jujur dan saling menjelaskan maka mereka akan mendapatkan barokah dari jual belinya, namun jika keduanya saling menutupi atau berdusta maka barokah dari jual belinya tersebut akan dihapus.: (HR. al-Bukhari : 2079)
3. Akan mendapat kesuksesan bahkan sederajat dengan syuhada
Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW : "Barangsiapa meminta syahadah (mati syahid di jalan Allah) kepada Allah dengan benar dan jujur maka Dia akan mengantarkannya sampai ke derajat syuhada walaupun ia mati di atas kasur." (HR. Muslim : 5039)
4. Mendapatkan surga dan terhindar dari neraka
Hal ini berdasarkan hadist: "... karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan akan mengantarkan kepada surga.." (HR. al-Bukhari : 6094, Muslim : 2607)
Di antara Kejujuran mereka yang patut diteladani
Sangat banyak bukti nyata kejujuran dari generasi terdahulu yang sangat mencengangkan sehingga pantas dan layak kalau dijaikan panutan bagi setiap muslim. Di antaranya adalah apap yang telah diceritakan oleh Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi (Hafizallah). diriwayatkan dari Imam Bukhari Rahimahullah bahwa beliau pernah keluar mencari hadits dari seseorang. Beliau melihat orang tersebut ketika kudanya lari darinya, maka orang itu mengisyaratkan dengan selendang yang seakan-akan di dalamnya ada makanan sehingga kuda tersebut datang dan menghampirinya. Lantas Imam Bukhori bertanya kepada orang itu: " Apakah di selendangmu tadi ada makanannya ?" Laki-laki tersebut mengatakan : "Tidak ada, tetapi aku hanya menipunya supaya ia menghampiriku. Maka Imam Bukhari Rahimahullah berkata padanya : "Aku tidak akan mengambil hadist dari orang yang berdusta kepada binatang!"
Khotimah
Orang yang selalu menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran, niscaya akan tercermin dalam ucapan, perbuatan dan setiap keadaannya baik lahir maupun bathin, karena merupakan realisasi dari keislaman dan keimanannya. Akan tetapi, untuk memiliki sifat ini tidak semudah membalik telapak tangan. Sebab itu, kita harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk selalu berbuat benar dan jujur dalam setiap keadaan sehingga kita dicatat dan dikenal sebagai orang yang benar lagi jujur sebagaimana Abdullah bin Abi Quhafah (yakni Abu Bakar Radiallahu 'anhu) yang digelari dengan Ash-Shiddiq. Akhirnya, mudah-mudahan Allah SWT menerangi hati kita dan menjadikan kita di antara hamba-Nya yang menapaki sebuah jalan lurus, yaitu jalannya orang-orang yang diberi nikmat dari golongan Nabi, para shiddiqin, syuhada dan orang-orang sholih; dan mereka itulah sebaik-baik teman.
(Abu Mas'ud al-Kadiriy)
Sumber :
- Buletin Al Furqon Volume 6 No. 3 ( Syawal 1430 H)