Assalamu'alaikum Sahabat,
Suatu ketika saya duduk menunggu waktu shalat di Masjid Al-Azhar Kebayoran Baru, seperti biasa, bila waktu azan masih agak jauh, saya menyempatkan tilawah atau membaca kitab tafsir Al-Azhar yang sudah disediakan di rak-rak mushaf yang dibuat khusus di setiap tiang Masjid. Mushaf-mushaf disini tersusun rapi, jamaah diberi kesempatan menggunakannya namun hanya dibaca dalam Masjid saja.
Hari itu saat membolak-balik kitab satu kitab tafsir Al Azhar, Juz VIII. Sampai pada halaman 228 saya membaca kisah unik sang penulis (Buya Hamka) saat beliau dalam tahanan. Kisah ini menceritakan suatu kejadian yang beliau alami ketika diinterogasi. Seorang penjaga tahanan sangat terheran dengan Buya Hamka yang tidak dibentak-bentak dan tidak jadi di setrum oleh perwira polisi yang menginterogasi beliau, padahal alatnya sudah ada di bawah meja interogasi. Polisi penjaga terheran karena, alat setrum itu biasanya selalu berhasil digunakan apabila sudah dibawa oleh interogator, tapi kali ini tidak digunakan sama sekali pada Buya Hamka.
Suatu ketika saya duduk menunggu waktu shalat di Masjid Al-Azhar Kebayoran Baru, seperti biasa, bila waktu azan masih agak jauh, saya menyempatkan tilawah atau membaca kitab tafsir Al-Azhar yang sudah disediakan di rak-rak mushaf yang dibuat khusus di setiap tiang Masjid. Mushaf-mushaf disini tersusun rapi, jamaah diberi kesempatan menggunakannya namun hanya dibaca dalam Masjid saja.
Hari itu saat membolak-balik kitab satu kitab tafsir Al Azhar, Juz VIII. Sampai pada halaman 228 saya membaca kisah unik sang penulis (Buya Hamka) saat beliau dalam tahanan. Kisah ini menceritakan suatu kejadian yang beliau alami ketika diinterogasi. Seorang penjaga tahanan sangat terheran dengan Buya Hamka yang tidak dibentak-bentak dan tidak jadi di setrum oleh perwira polisi yang menginterogasi beliau, padahal alatnya sudah ada di bawah meja interogasi. Polisi penjaga terheran karena, alat setrum itu biasanya selalu berhasil digunakan apabila sudah dibawa oleh interogator, tapi kali ini tidak digunakan sama sekali pada Buya Hamka.